A. Arsitektur dan Kebudayaan
Bangunan tradisional memang merupakan ciri bagi setiap daerah. Dari bangunannya dapat diketahui identitas daerah-daerah tersebut, karena itu wajar saja bila bangunan-bangunan khas itu perlu dilestarikan. Namun dipihak lain, para penghuni bangunan-bangunan itu mungkin saja memiliki suatu keinginan untuk mengganti rumah tuanya dehgan bangunan baru yang modern, bila keadaan memungkinkan. Tentunya, hal ini dapat dimengerti mengingat mereka juga ingin menikmati pembangunan di zaman yang semakin canggih ini.
Hal yang perlu diperhatikan adalah pentingnya pengenalan terhadap bangunan-bangunan tersebut, sehingga keinginan untuk melestarikan semakin kuat dan mungkin dapat digunakan pula sebagai motifator bagi pemilik bangunan bangunan khas itu untuk juga menjaga bangunan-bangunan tradisionalnya.
Bentuk bangunan memang terpengaruh daerah asalnya, dan itu lah yang mengakibatkan bentuk bangunan berbeda-beda. Mereka memiliki cirri-ciri yang hanya dimiliki oleh bangunan itu. Jadi hubungan arsitektur dengan kebudayaan sangat erat, karena dalam merancang suatu bangunan harus juga mengenal kebudayaan suatu daerah. Agar bangunan yang diciptakan selaras dengan daerahnya.
B. Arsitektur, Identitas dan Kebebasan
Kuala Lumpur International Airport (KLIA) -dibangun di atas lahan 25.000 ha di Sepang-berada posisi sangat strategis dimana ia dikelilingi oleh empat kota utama yaitu Kuala Lumpur, Shah Alam, Seremban and Malaka. KLIA boleh jadi merupakan salah satu bandara terbaik yang dimiliki oleh kawasan Asia Pasifik. Dengan perencanaan dan desain yang menggabungkan kehijauan alam dan kerahaman Malaysia sebagai identitas Malaysia dengan teknologi mutakhir yang mampu memaksimalkan keamanan, kenyamanan dan kesempurnaan pelayanan, KLIA menjadi titik awal pencitraan Malaysia.
Kisho Kurokawa, arsitek terkenal Jepang yang mendesain bandara ini mengetengahkan tema “airport in the forest, forest in the airport (bandara dalam hutan, hutan dalam bandara)” untuk mencapai citra tersebut. Dengan hutan tropis yang mengelilingi bandara, KLIA muncul sebagai simbol modernitas di tengah hijau nya alam Malaysia. Tema ini terus diimplementasikan dengan menanami puluhan jenis tanaman di sekelilingi fasilitas bandara serta dengan menciptakan arboretum hutan hujan di bagian inti terminal internasional KLIA. KLIA menjadi salah satu elemen yang membawa posisi Malaysia sejajar dengan negara-negara maju lainnya dengan menjadikan semua yang terkait dengan KLIA sebagai yang terbaik, misalnya lahan 25,000 ha tempat KLIA berdiri adalah salah satu lahan konstruksi dan lahan bandara terbesar di dunia, 4,5 tahun merupakan proses pembangunan bandara tercepat yang pernah dilakukan, memiliki menara pengawas tertinggi di dunia (120m), sistem bagasi terpanjang, ruang tunggu penumpang terbesar dan kapasitas bandara sebesar 25 juta orang setahun. Sejak dioperasikan penuh pada 29 Juni 1998, KLIA menjadi gerbang pertama citra Malaysia.
Dengan menggunakan KLIA sebagai contoh, kita bisa lihat bangunan bandara yang mencerminkan kehijauan dan keramahan sebagai identitas Malaysia. Karena itu dalam arsitektur juga memliki hubungan dengan identitas dan kebebasan dalam menciptakan sebuah rancangan bangunan. Seperti contoh dia atas dimana sang arsitek menciptakan disain bangunan yang dapat memperlihatkan identitas suatu negara yaitu Malaysia.
C. Arsitektur dan Alam
Konsep hunian yang menyatu dengan alam dapat memberi kenyamanan tinggal. Salah satunya, arsitektur bangunan bio.
Julukan arsitektur beriklim bio telah populer pada tahun 1950-an dan mengingatkan kita pada berbagai proyek dari Frank Lloyd Wright. Biasanya, arsitektur yang menganut prinsip demikian ditandai pemakaian banyak materi kayu, teras-teras atau balkon yang memberikan bayangan pada bangunan. Di samping itu bangunan ini banyak memiliki unsur penyejuk melalui pengudaraan alami yang hadir melalui sejumlah bukaan di setiap sudut ruang.
Di Amerika bangunan bio populer sejak tahun 1950-an dengan ciri-ciri pemakaian material alam yang secara kontekstual menyatu dengan bangunan dan pemanfaatan lokasi, tempat pemilik rumah bernaung.
Pemakaian bahan bangunan yang alami dalam bangunan bio mampu beradaptasi terhadap iklim tropis. Dengan pemakaian banyaknya materi alam dalam arsitektur bangunan ini, membuat tatanannya terasa menyatu dengan konsep hunian tropis Indonesia.
Konsep bangunan rumah ini bisa digolongkan cukup baik secara ekologis dan harmonis terhadap lingkungannya. Dengan begitu, mampu mengurangi biaya konsumsi energi, sekaligus memberi keuntungan kepada pemiliknya.
Pemakaian elemen kayu,batu alam, dan air dalam sebuah bangunan kerap digunakan dalam arsitektur bangunan ini. Unsur logam sebisa mungkin dihindari sehingga menambah alami arsitektur bangunan ini.
Pemakaian air terjun atau falling water dengan teknik alami dan pemilihan batu alam yang rustic (tidak beraturan) dan irregular menjadi ciri bangunan bio lainnya.
Pemilihan lokasi yang tepat sehingga memberi arah pandangan (view) berupa gunung, danau, atau hutan pada arsitektur bangunan bio akan semakin selaras bila diterapkan di daerah pedesaan atau pegunungan. Ini dimungkinkan karena biasanya lokasi tersebut telah memiliki lahan miring, jadi hanya perlu membuat fondasi yang tidak akan merusak alam.
Dari penjelasan mengenai bangunan di atas, dapat kita lihat hubungan arsitektur dengan alam dimana mereka saling melengkapi dan membawa kekesinambungan antara bentuk bangunan dan interiornya. Bangunan bernuansa tropis menggunakan benda-benda dengan elemen-elemen alam semakin memperjelas bagaimana hubungan antara arsitektur dengan alam.